Perhatikanlagi gambar berikut ini! Peta persebaran manusia dan hominid (sekitar 100.000 hingga 1500 tahun yang lalu). Homo sapiens (sejak 195.000 tahun lalu) Neanderthal ( tahun lalu) Hominid purba (2,5-0,6 juta tahun lalu Dari peta itu dapatlah dibaca dinamika gerakan awal penduduk di Asia Tenggara sebagai mata rantai dari
Perhatikansabda Rasulullah saw. berikut ini. Artinya: Ăą€œDiriwayatkan dari Anas r.a katanya: Nabi saw. telah mengorbankan dua ekor kibas berwarna putih agak kehitam-hitaman
Cermatidata berikut ini! mengiringi ritual kematian mendinginkan air upacara memanggil hujan sebagai genderang perang sebagai alat upacara Dari pernyataan pernyataan di atas, yang bukan fungsi Nekara ditunjukkan Read More Soal USBN Sejarah Ciri kehidupan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tahap awal Doni Setyawan | Mei 25, 2020
Perhatikandata data berikut 1 kemajuan teknologi informasi 2 Komunisme sebagai. Perhatikan data data berikut 1 kemajuan teknologi. School Santa Monica College; Course Title HISTORY 11; Uploaded By PresidentPower2925. Pages 21 This preview shows page 20 - 21 out of 21 pages.
B RITUAL B.1 Upacara Hajat Sasih Upacara hajat sasih dilaksanakan enam kali dalam setahun, atau masing- merupakan tempat dimana makhluk hidup itu mati. Ketiga lapisan ini dihubungkan oleh satu poros yang disebut axis mundi. Axis mundi ini terletak pada pusat dunia rumah sebagai berikut (Perhatikan gambar no: 8, sketsa bangunan} a
Perhatikankisah seorang penulis cerpen dan dan para mahasiswa berikut ini : Gambar : orang-orang yang sedang membaca Al-Qur'Än. Sumber: Kemdikbud Gambar 1.9 : Belajar mengaji. Penulis Cerpen dan Mahasiswa Penulis cerpen itu berkata, "Saya tidak habis pikir, mengapa orang-orang Islam sangat emosional ketika mengetahui al-Qur'Än dibakar
Untukmengetahui penggunaan tenaga penolong kelahiran di Indonesia, coba perhatikan tabel 1.3.3 berikut ini! sumber: suara merdeka, 2006 Tabel 1.3.3 Persentase balita berdasarkan penolong kelahiran pada tahun 2006 Tenaga medis/fasilitas kesehatan Dokter Gambar 1.3.1 Siswa siswi belajar dengan semangat di ruang terbuka.
Jakarta Ketua KPU, Hasyim Asy'ari memberikan penjelasan lengkap soal kampanye pemilu di kampus atau lingkungan pendidikan. Hasyim menuturkan kampanye di kampus tidak dilarang oleh Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu). Meski demikian, terdapat sejumlah catatan yang harus ditaati dalam pelaksanaan kampanye
Perhatikanrumus am : an = (a)m - n. Jika m = n, maka a0 = 1 (dengan a â 0) Bilangan a 0 = 1 disebut bilangan berpangkat tak sebenarnya. Jika a = 0, maka hasilnya menjadi tak terdefinisikan. Bilangan Berpangkat Negatif. Jika a bilangan rasional, a â 0, dan m adalah bilangan bulat positif, maka secara umum dapat dirumuskan sebagai a -m = 1
47 Penggunaan tanda hubung (-) yang salah terdapat pada . A. Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas. B. P-3-K C. se-Indonesia D. di-back up E. 11-11-2013 48. Perhatikan penggunaan tanda petik berikut! 1. "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya. 2. "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam
qbAkD5. Perhatikan data Mengiringi ritual kematian. 2 Mendinginkan Upacara memanggil Sebagai genderang perang. 5 Sebagai alat pernyataan-pernyataan tersebut, yang bukan fungsi nekara ditunjukkan nomor.... A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5PembahasanBerdasarkan pernyataan-pernyataan pada soal, yang bukan fungsi nekara ditunjukkan nomor 2 mendinginkan B-Jangan lupa komentar & sarannyaEmail nanangnurulhidayat terus OK! đ
Death is an important event that is deeply moving in a drama of life, so that such events never allowed to pass. In the traditiorfoiety, the death is always raising different ritual, that is, the sacred ritual. Javanese moslems have special ritual. The ritual is acculturation between Hindu, Budha and Islamic continually in the past, and now it appears a new tradition. This tradition is different from those in other countries Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 161 MAKNA RITUAL KEMATIAN DALAM TRADISI ISLAM JAWA Abdul Karim Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Telepon 081325438820 Abstract Death is an important event that is deeply moving in a drama of life, so that such events never allowed to pass. In the traditiorfoiety, the death is always raising different ritual, that is, the sacred ritual. Javanese moslems have special ritual. The ritual is acculturation between Hindu, Budha and Islamic continually in the past, and now it appears a new tradition. This tradition is different from those in other countries. Key words Ritual, acculturation, Hindu-Buddist Influence, Javanese Moslem 1. Pendahuluan Kematian di dalam kebudayaan apapun hampir pasti disertai acara ritual. Ada berbagai alasan mengapa kematian harus disikapi dengan acara ritual. Masyarakat Jawa memandang kematian bukan sebagai peralihan status baru bagi orang yang mati. Segala status yang disandang semasa hidup ditelanjangi digantikan dengan citra kehidupan luhur. Dalam hal ini makna kematian bagi orang Jawa mengacu kepada pengertian kembali ke asal mula keberadaan sangkan paraning dumadi. Kematian dalam budaya Jawa selalu dilakukan acara ritual oleh yang ditinggal mati. Setelah orang meninggal biasanya dilakukan upacara doa, sesaji, selamatan, pembagian waris, pelunasan hutang dan sebagainya Layungkuning, 2013 98-99. Dalam sudut pandang Islam sesungguhnya Allah swt adalah dzat yang menciptakan manusia yang memberikan kehidupan dengan dilahirkannya ke dunia, kemudian menjemputnya dengan kematian untuk mengahadap kembali kepada-Nya. Itulah garis yang telah ditentukan oleh Allah kepada makhluk-Nya, tidak ada yang dilahirkan ke dunia ini lantas hidup untuk selamanya. Roda dunia ini terus berputar dan silih berganti kehidupan dan kematian di muka bumi ini, hukum ini berlaku bagi siapapun tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan, tua atau muda, miskin atau kaya, rakyat atau pejabat. Pendeknya segala macam perbedaan kasta dan status sosial semua harus tunduk kepada hukum alam yang telah ditentukan Allah swt sunnatullah. Penulis menyatakan bahwa kematian merupakan sebuah fenomena, karena kematian terus terjadi berulang-ulang, dengan objek yang sama yaitu manusia. Semua manusia pasti akan dijemput oleh kematian. Saya dan anda tentu juga manusia yang berarti bahwa saya dan juga anda akan menjumpai kematian itu. Mungkin anda lebih dulu menjumpai kematian dari pada saya, atau sebaliknya saya lebih akhir dijemput oleh kematian dan pada anda. Yang pasti ketika kematian itu sudah datang menjemput, maka tak seorangpun dapat menghindarinya. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Jumâah ayat 8 yang artinya âKatakanlah. Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakanâ. Sadar atau tidak sesungguhnya setiap hari manusia sudah diberikan gambaran dan pelajaran oleh Allah swt tentang kelahiran dan kematian yang akan dialami oleh semua manusia. Simak saja aktifitas manusia dari mulai bangun tidur kemudian tidur kembali. Bangun dan tidur merupakan gambaran metaforis akan kelahiran manusia. Oleh karena itu Rasulullah mengajarkan doa kepada Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 162 manusia ketika bangun tidur dengan mengatakan âAlhamdulillahi, alladzi ahyana ba âda ma amatana wa ilaihinnusyurâ Artinya âSegala puji bagimu ya Allah, yang telah menghidupkan kembali diriku setelah kematianku, dan hanya kepada-Mu nantinya kami semua akan berpulang kepada-Muâ. Demikian indahnya untaian doa tersebut, dan begitu dalam makna dan pesan doa tersebut. Bahwa setiap pagi adalah hari kelahiran dan sebaliknya setiap malam adalah malam kematian Hidayat, 2005 4-6. Karena setiap malam ketika seseorang tidur sesungguhnya telah mengalami kematian sesaat sampai orang tersebut bangun kembali. Hal ini pula tersirat dalam doa menjelang tidur yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw, sebagaimana berikut âBismika Allahumma Ahya wa Amutâ, yang artinya Ya Allah dengan Asma-Mu aku menjalani hidup dan dengan Asma-Mu pula aku menjalani kematian malam ini. Membahas tentang kematian secara psikologis menimbulkan suatu pengaruh kejiwaan antara menerima dan keterpaksaan dalam menghadapi kematian tersebut. Akan terasa sedih ketika manusia dijemput oleh kematiannya sedangkan ia dalam keadaan terlena oleh kehidupan dunia sementara kematian menjadi penghalangnya untuk mencintai dan menikmati segala fasilitas yang menggiurkan dan menyenangkan berupa harta benda, pangkat jabatan dan sebagainya. Oleh karena itu sering kali kesadaran tersebut memunculkan sebuah protes psikologis berupa penolakan terhadap kematian, bahwa masing-masing orang tidak mau mengalami kematian. Setiap orang berusaha menghindari semua jalan yang mendekatkan diri dari pintu kematian, mendambakan dan membayangkan keabadian. Pemberontakan dan penolakan terhadap kematian ini kemudian melahirkan dua madzhab psikologi kematian, yaitu Hidayat, 2005 xvi-xvii 1. Madzhab relegius, yaitu mereka yang menjadikan agama sebagai rujukan bahwa keabadian setelah mati itu ada, dan untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi seseorang yang beragama menjadikan kehidupan akhirat sebagai objek dan target yang paling utama. Kehidupan dunia layak untuk dinikmati, akan tetapi itu bukan tujuan akhir dari sebuah proses kehidupan. Sehingga apapun yang dilakukan ketika hidup di dunia adalah merupakan inventaris seseorang untuk dinikmati kelak di akhirat. 2. Madzhab sekuler, yaitu mereka yang tidak peduli dan tidak yakin akan adanya kehidupan setelah kematian. Namun secara psikologis keduanya memiliki kesamaan yaitu spirit heroisme yang mendambakan keabadian hidup agar dirinya dapat dikenang sepanjang masa. Untuk memenuhi keinginan itu seseorang ingin menyumbangkan sesuatu yang besar dalam hidupnya untuk keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia. Maka setiap orang berusaha untuk meninggalkan warisan bagi orang lain. Ketika al-Qurâan berbicara tentang kematian, banyak perspektif yang bisa digunakan dalam memahami makna kematian itu sendiri. Kalau selama ini al-Qurâan lebih dipahami secara literal dan tekstual, maka pemahaman akan kematian hanya sekedar manusia dapatkan dari apa yang terdapat dalam bunyi teks itu sendiri. Jika manusia pahami al-Qurâan secara kontekstual maka al-Qurâan akan banyak memberi pemahaman yang beragam mengenai hakekat kematian. Mungkin manusia akan memperoleh banyak informasi tentang arti dan hidup dan mati baik yang tersirat maupun yang tersurat. Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 163 Ada korelasi antara upacara kematian dalam ajaran Islam yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dengan ritual kematian yang berlaku di dalam masyarakat Jawa. Kehadiran Islam kemudian memberikan pengaruh sinergis antara upacara kematian dalam ajaran Islam dengan tradisi yang sudah ada pada masa Hindu-Budha. Di sinilah al-Qurâan dimaksudkan bukan bagaimana individu atau kelompok orang memahami al-Qurâan penafsiran, tetapi bagaimana al-Qurâan itu disikapi dan direspon oleh masyarakat Muslim dalam realitas kehidupan sehari-hari menurut konteks budaya dan pergaulan sosial. Apa yang dilakukan adalah merupakan panggilan jiwa yang merupakan kewajiban moral untuk memberikan penghargaan, penghormatan dan cara memuliakan kitab suci yang diharapkan pahala dan berkah dan al-Qurâan sebagaimana keyakinan umat Islam terhadap fungsi al-Qurâan yang dinyatakan sendiri secara beragam. Oleh karena itu maksud yang dikandung bisa saja sama tetapi ekpresi dan ekspektasi masyarakat terhadap al-Qurâan antara kelompok, golongan, etnis dan antar bangsa satu dan yang lainnya bisajadi berbeda Mansyur, dkk, 2007 49-50. 2. Konsep tentang Kematian Mati dalam bahasa Jawa disebut dengan pejah. Konsepsi orang Jawa tentang kematian dapat dilihat dari konsepsi mereka tentang kehidupan. Bagaimana cara orang Jawa melihat kehidupan akan sangat terkait dengan bagaimana orang mempersepsikan tentang kematian. Orang Jawa seringkali merumuskan konsep aksiologis bahwa urip iki mung mampir ngombe hidup ini cuma sekedar mampir minum. Atau dengan konsep yang lain, urip iki mung sakdermo nglakoni hidup ini cuma sekedar menjalani atau nrima ing pandhum menerima apa yang menjadi pemberian-Nya. Menurut pemahaman orang Jawa, setiap manusia telah digariskan oleh takdir. Baik atau buruk, bahagia atau derita, kaya atau miskin adalah buah dan ketentuan takdir yang harus diterima dengan sikap legawa. Sedangkan sikap legawa adalah situasi batin yang muncul karena suatu sikap nrima ing pandhum itu sendiri, kemampuan diri untuk menerima segala bentuk kehidupan yang ada sebagaimana adanya Layungkuning, 2013 100-101. Sedangkan secara etimologi/harfiah mati itu terjemahan dan bahasa Arab mata-yamutu-mautan. Yang memiliki beberapa kemungkinan arti, di antaranya adalah berarti mati, menjadi tenang, reda, menjadi usang, dan tak berpenghuni Munawwir, 1997 1365-1366. Dalam beberapa kamus bahasa Arab, kata al-maut adalah lawan dan al-hayah, dan al-mayyit yang mati merupakan lawan kata dan al-hayy yang hidup. Asal arti kata al-maut dalam bahasa arab adalah as-sukun diam. Semua yang telah diam maka dia telah mati. Mereka orang-orang arab berkata âmatat an-nar mautanâ api itu benar-benar telah mati, jika abunya telah dingin dan tidak tersisa sedikitpun dan baranya. âmata al-harr wa al-bardâ panas dan dingin telah mati, jika ia telah lenyap. âmatat ar-rihâ angin itu telah mati, jika ia berhenti dan diam. âmatat al-Khamrâ khamr itu telah mati, jika telah berhenti gejolaknya, dan âal-mautâ segala apa saja yang tidak bernyawa Ibnu Manzhur, 774, 547, 773 dan AlAsyqar, 2005 2 1-22. Adapun dalam terminologi agama, mati adalah keluarnya ruh dan jasad atas perintah Allah swt. Tidak seorangpun memilki kewenangan tersebut kecuali Allahlah yang memiliki otoritas untuk mengambil ruh dari jasad dengan memerintahkan malaikat Izrail untuk mencabutnya Ash-Shufi, 2007 3. Kematian adalah berpisahnya ruh nyawa dengan tubuh jasad untuk sementara waktu yang telah ditentukan. Jadi mati itu adalah ketika ruh meninggalkan tubuh dan ke luar dan dalamnya yang telah dicabut oleh malaikat Izrail pencabut nyawa. Adapun terpisahnya ruh dengan tubuh itu Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 164 bukanlah untuk selama-lamanya, akan tetapi perpisahan itu hanyalah dalam waktu sementara saja. Setelah manusia mati kemudian dimandikan, dikafani, dishalati dan dikuburkan. Selanjutnya ruh yang telah berpisah dengan tubuh tersebut nanti akan kembali lagi memasuki tubuhnya. Di dalam al-Qurâan dijelaskan bahwa setelah manusia itu mati dan dikuburkan maka ia akan dihidupkan kembali sebagaimana firman Allah swt. Surat al-!Baqarah ayat 28 dan 56, juga Qs. Al-Hajj 7 Umar, 1979 38-39. Al-Qurâan berbicara tentang kematian dalam banyak ayat, sementara para pakar memperkirakan tidak kurang dari tiga ratusan ayat yang berbicara tentang berbagai aspek kematian dan kehidupan sesudah kematian kedua Shihab, 1996 9 1-92. Berikut ini adalah di antara ayat-ayat tentang kematian dalam A1-Qurâan, Qs. al-Baqarah 19, 28, 94, 95, 132, 161, 180 dan 243. Sebagai berikut Artinya âatau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dan langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena mendengar suara petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.â Qs. Al-Baqarah 19 Artinya âMengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?â Qs. Al-Ba qarah 28 Artinya Katakanlah âJika kamu menganggap bahwa kampung akhirat surga itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, ma/ca inginilah kematian mu, jika kamu memang benar.â Qs. Al-Baqarah 94 Artinya. âDan sekali-kali mere/ca tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya.â Qs. Al-Baqarah 94. 3. Hakekat Kematian Dalam perspektif Jawa kematian hakekatnya adalah mulih pulang ke asal mulanya. Orang Jawa memahami kehidupan dan kematian dalam filosofi sangkan paraning dumadi untuk mengetahui kemana tujuan manudia setelah hidup berada di akhir hayat. Hal ini tersirat maknanya dalam kalimat tembang Dhandanggula warisan para leluhur Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 165 âkawruhana sejatining urip ana jeruning alam donya/bebasane mampir ngombe/umpama manuk mabur/lunga saka kurungan niki/pundi pencokan benjang/awja kongsi kaleru/njan sinanjan ora wurung ba/cal mulih/umpama lunga sesanja/ mulih mula mulanira.â ketahuilah sejatinya hidup, hidup di alam dunia, ibarat perumpamaan mampir minum, ibarat burung terbang, pergi dan kurungannya, di mana hinggapnya besok, jangan sampai keliru, umpama orang pergi bertandang, saling bertandang, yang pasti bakal pulang, pulang ke asal mulanya Layungkuning, 2013 109-110. Berbicara tentang hakikat kematian adalah merupakan persoalan yang sangat rumit. Karena persoalan hakekat itu adalah ranah ontologis dalam dimensi filsafat. Namun untuk masuk pada tahap awal mengetahui hakikat kematian itu sendiri, maka penulis berpendapat bahwa kematian adalah merupakan fase dan sebuah perjalanan mahluk hidup itu sendiri yang menjadi awal dan terlepasnya belunggu kehidupan di dunia. Rasulullah sendiri pernah mengatakan bahwa sesungguhnya dunia itu merupakan belenggu penjara bagi orang yang beriman. Kalau analoginya dunia adalah bermakna kehidupan jasad seseorang dan keimanan adalah ruh yang besemayam di dalamnya, maka Artinya bahwa terlepasnya kehidupan di dunia ini merupakan kata kunci untuk menyibak hakikat dan kematian itu sendiri. Jika demikian maka sesungguhnya kehidupan adalah hakikat dan kematian itu sendiri. Karena kematian itu sesungguhnya adalah proses untuk menuju suatu kehidupan yang lebih hakiki. Yaitu kehidupan akhirat yang kekal abadi. Persoalan kematian sebenarnya adalah persoalan materi dan bukan pada persoalan nih. Karena ruh itu yang membuat suatu materi itu menjadi hidup. Tanpa nih segala hal yang berupa materi adalah mati. Dalam pemikiran Syekh Siti Jenar menyatakan bahwa âdunia ini adalah alam kematianâ. Dunia adalah alam kubur dan raga adalah sebuah terali besi yang menahan jiwa berada di dunia dan merasakan kesusahan hidup di dunia, seperti rasa haus, lapar, dan sedih. Hidup sesungguhnya hanyalah sebuah persiapan untuk memasuki kehidupan yang sebenamya. dan jika tidak siap, maka jiwa akan terperangkap ke dalam alam kematian kembali yang bersifat mayit atau bangkai. Hidup yang sebenarnya adalah hidup tanpa raga, karena raga telah banyak menimbulkan kesesatan. Raga adalah kerangkeng bagi diri atau jiwa yang menyebabkan manusia hidup dalam banyak penderitaan Chodjim, 2002 22-24. Sesungguhnya hakikat hidup adalah kekal selamanya dan tak tertimpa kematian. Perputaran bumi pada porosnya, atau terjadinya siang dan malam adalah merupakan analogi yang menggambarkan tentang hal hidup dan mati. Ketika manusia lahir, dia sebenarnya âborn to dieâ lahir untuk menuju kematiannya. Dunia bukan jalan hidup tetapi jalan menuju kematian. Hidup yang sebenarnya adalah tanpa raga, telanjang dalam wujud frekuensi murni. Kebutuhan manusia di dunia akan makanan dan minuman atau sandang, pangan, papan pakaian, makanan dan tempat tinggal selama di dunia hanyalah sarana untuk menunda kematian, sedangkan kelahiran manusia tak lain adalah proses kematian itu sendiri, karena kematian itu tidak bisa dihentikan Chodjim, 2002 27. 3. Asal Usul Ritual Kematian dalam Islam Jawa Asal usul ritual kematian dalam masyarakat Islam Jawa itu sudah ada sejak dulu sebelum Hindu dan Budha. Kemudian masuknya agama Hindu dan Budha memberikan pengaruh dan terbentuknya budaya baru yang merupakan ajaran Hindu dan Budha. Ada beberapa tradisi yang berasal dari agama Hindu dan Budha, di antaranya adalah sebagai berikut Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 166 Pertama, tentang doa selamatan kematian 7, 40, 100 dan 1000 hari. Manusia mengenal sebuah ritual keagamaan di dalam masyarakat muslim ketika terjadi kematian adalah menyelenggarakan selamatan/kenduri kematian berupa doa-doa, tahlilan, yasinan di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 harinya. Dalam keyakinan Hindu ruh leluhur orang mati harus dihormati karena bisa menjadi dewa terdekat dan manusia. Selain itu dikenal juga dalam Hindu adanya samsara menitis/reinkarnasi. Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193 dalam disebutkan âTermashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu â. Dalam buku media Hindu yang benjudul âNilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa, serpihan yang tertinggalâ dalam karya Ida Bedande Adi Suripto. Ia mengatakan âUpacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa han ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hani adalah tradisi dari ajaran Hinduâ. Sedangkan penyembelihan kurban untuk orang mati pada hari hari 1, 7, 4, dan 1000 terdapat pada kitab Panca Yadnya hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39 yang berbunyi âTuhan telah menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.â Kedua, tentang selamatan yang biasa disebut Genduri Kenduri atau Kenduren. Genduri merupakan upacara ajaran Hindu. Masalah ini terdapat pada kitab sama weda hal. 373 no. 10 dalam dalam yang berbunyi âSloka prastias mai plpisa tewikwani widuse bahra aranggayimaya jekmayipatsiyada duweni narah â. Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha Mengetahui. Namun demikian tidak berarti bahwa ritual kematian yang berlaku di masyarakat Islam Jawa sebagai prilaku sesat. Karena adat atau tradisi sejauh tidak bertentangan dengan nilai dan ajaran agama Islam maka itu tidak ada larangan. Budaya merupakan fitrah yang diberikan oleh Tuhan kepada seluruh manusia yang hidup di muka bumi ini, dan Allah menciptakan manusia memang dalam bentuk keragaman suku dan bangsa yang memiliki keragaman budaya. Sehingga tidak ada alasan sebuah budaya dijustifikasi sebagai sesuatu yang sesat. Budaya merupakan khazanah dan aset bangsa, harus dilestarikan dan dikembangkan bukan untuk digusur dan dimatikan. 5. Makna yang Terkandung dalam Ritual Kematian Masyarakat Islam Jawa Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di desa penulis desa Bakalan Kalinyamatan Jepara dan juga di masyarakat Jawa pada umumnya dalam menghadapi peristiwa kematian, hampir sama persis dengan apa yang disampaikan oleh Geertz dalam buku The Religion of Java. Ia menjelaskan bahwa ketika terjadi kematian di suatu keluarga, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memanggil modin, selanjutnya menyampaikan berita kematian tersebut di daerah sekitar bahwa suatu kematian telah terjadi. Kalau kematian itu terjadi sore atau malam hari, mereka menunggu sampai pagi berikutnya untuk memeulai proses pemakaman. Pemakaman orang Jawa dilaksanakan secepat mungkin sesudah kematian. Segera setelah mendengar berita kematian, para tetangga meninggalkan semua pekerjaan yang sedang dilakukannnya untuk pergi ke rumah keluarga yang tertimpa kematian tersebut. Setiap perempuan membawa sebaki beras, yang setelah diambil sejumput oleh orang yang sedang berduka cita untuk disebarkan ke luar pintu, kemudian segera ditanak untuk slametan. Orang laki-laki membawa alat-alat pembuat nisan usungan untuk membawa mayat ke makam, dan lembaran Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 167 papan untuk diletakkan di liang lahad. Dalam kenyataannya hanya sekitar setengah lusin orang yang perlu membawa alat-alat itu; sebaliknya hanya sekedar datang dan berdiri sambil ngobrol di sekitar halaman Geertz, 1983 91-92. Dalam tradisi masyarakat Islam Jawa kematian seseorang dalam ritual pemakamannya pertama terdapat ritual semacam âpembekalanâ bagi ruh dalam fase kehidupannya di alam yang baru. Karena ruh itu tidak pernah mati, oleh karena itu pembekalan terhadap nih orang yang meninggal diyakini dapat ditangkap dan dirasakan oleh ruh orang yang telah meninggal tersebut. Di antarnya adalah dikumandangkannya adzan dan iqamah setelah mayat diletakkan di liang lahat dan sebelum ditimbun dengan tanah, setelah itu dibacakan telkin taiqin. Modin membacakan telkin yang merupakan rangkaian pidato pemakaman yang ditujukan kepada almarhum, pertama-tama dalam bahasa Arab dan kemudian dalam bahasa Jawa Geertz, 1983 95. Taiqin dalam bahasa Arab maknanya adalah mendikte. Jadi taiqin adalah mendiktekan kata-kata atau kalimat tertentu agar ditirukan oleh orang yang barn meninggal tersebut. Yang dimaksudkan di sini adalah mengajarkan kepada ruh agar dapat mengingat dan menjawab pertanyaan di alam kubur. Tradisi ini di sandarkan pada kenyataan teologis bahwa ketika seseorang telah dikuburkan maka Allah akan mendatangkan dua malaikat penanya si mayat di dalam kubur. Sehingga subtansi taiqin itu sesungguhnya mengingatkan pada ruh jenazah tentang pertanyaan-pertanyaan di dalam kubur. Masyarakat umumnya meyakini bahwa ruh orang yang di kubur dapat mendengar dan merasakan kehadiran orang yang masih hidup, bahkan menjawab salam orang yang mengunjunginya. Dengan demikian ketika dibacakan taiqin terhadapnya setelah dikuburkan maka ia dapat mendengar nasihat dan memperoleh manfaat darinya Sholikhin, 2010 20-25. Situasi sosial budaya masyarakat Islam Jawa dapat dilihat dan kebiasaan adat, baik yang berkaitan dengan ritual keagamaan maupun tradisi lokal masyarakat tersebut, di antaranya Selamatan orang yang telah meninggal. Tradisi ini dilakukan setiap ada orang yang meninggal dunia dan dilaksanakan oleh keluarga yang ditinggalkan. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu sebagai berikut Layungkuning, 2013 117-118 1. Bertepatan dengan kematian ngesur tanah dengan rumusan jisarji, maksudnya hari kesatu dan pasaran juga kesatu; 2. Nelung dina dengan rumus lusaru, yaitu hari ketiga dan pasaran ketiga 3. Tujuh hari setelah kematian mitung dina dengan rumusan tusaro, yaitu hari ketujuh dan pasaran kedua; 4. Empat puluh han metangpuluh dina dengan rumus masarama, yaitu hari ke lima dan pasaran ke lima; 5. Seratus hari nyatus dina dengan rumus rosarama yaitu hari ke dua pasaran ke lima; 6. Satu tahun setelah kematian mendak pisan dengan rumus patsarpat, yaitu hari ke empat dan pasaran ke empat; 7. Tahun ke dua mendhak pindho, dengan rumus jisarly, yaitu hari satu dan pasaran ketiga; 8. Seribu hari setelah kematian nyewu, dengan rumus nemasarma, yaitu hari ke enam dan pasaran ke lima; 9. Haul khol, peringatan kematian pada setiap tahun dan meninggalnya seseorang. Ngesur tanah memiliki makna bahwa jenazah yang dikebumikan berarti perpindahan dari alam fana ke alam baka, asal manusia dari tanah selanjutnya Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 168 kembali ke tanah. Selamatan ke tiga hari berfungsi untuk menyempurnakan empat perkara yang disebut anasir hidup manusia, yaitu bumi, api, angin dan air. Selamatan ke tujuh hari berfungsi untuk menyempurnakan kulit dan kuku. Selamatan empat puluh hari berfungsi untuk menyempurnakan pembawaan dan ayah dan ibu berupa darah, daging, sum-sum, jeroan isi perut, kuku, rambut, tulang dan otot. Selamatan seratus hari berfungsi untuk menyempurnakan semua hal yang bersifat badan wadag. Selamatan mendhak pisan untuk menyempurnakan kulit, daging, dan jeroan. Selametan mendhak pindho berfungsi untuk menyempurnakan semua kulit, darah dan semacamnya yang tinggal hanyalah tulangnya saja. Upacara selamatan tiga han memiliki arti memberi penghormatan pada nih yang meninggal. Orang Jawa berkeyakinan bahwa orang yang meninggal itu masih berada di dalam rumah. Ia sudah mulai berkeliaran mencari jalan untuk meninggalkan rumah. Upacara selamatan hari ketujuh berarti melakukan penghormatan terhadap nih yang mulai akan ke luar rumah. Dalam selamatan selama tujuh hari dibacakan tahlil, yang berarti membaca kalimah la ilaha illa Allah, agar dosa-dosa orang yang telah meninggal diampuni oleh-Nya. Upacara selamatan empat puluh hari matangpuluh dina, dimaksudkan untuk memberi penghormatan nih yang sudah mulai ke luar dan pekarangan. Ruh sudah mulai bergerak menuju ke alam kubur. Upacara seratus hari nyatus dina, untuk memberikan penghormatan terhadap ruh yang sudah berada di alam kubur. Di alam kubur ini ruh masih sering pulang ke rumah keluarganya sampai upacara selamatan tahun pertama dan peringatan tahun ke dua. Ruh baru tidak akan kembali ke rumah dan benar-benar meninggalkan keluarga setelah peringatan seribu hari Layungkuning, 2013 118-119. Salah satu ritual kematian masyarakat Jawa adalah ritual geblagan. Geblag adalah salah satu ritual yang ada dalam tradisi masyarakat Jawa sebagai sebuah ritual kecil yang dilakukan pada hari peringatan kematian seseorang. Dalam ritual tersebut ada simbolisme yang sebenarnya mengandung banyak makna. Misalnya, seseorang meninggal dunia pada hari Rabu Pon jam maka setiap Rabu Pon jam keluarga yang ditinggalkan melaksanakan ritual kecil yang disebut geblagan, sebagai bentuk peringatan dan penghormatan terhadap anggota keluarga yang telah meninggal. Ritual tersebut sangat sederhana, dalam pelaksanaannya dilengkapi dengan sesajen sesaji dan disertai dengan pembakaran kemenyan atau dupa. Sesaji yang dipersembahkan juga sangat sederhana, berupa apem, kolak, ketan, gula kelapa, teh pahit atau kopi, sigaret, kembang telon, dan tidak lupa uang sebagai wajib. Setelah semua uba rampe yang diperlukan sudah siap, sesaji tersebut ditata di sebuah meja dilengkapi dengan penerang, teplok atau senthir. Setelah segala sesuatunya sudah siap, sesaji itu dipasrahke dipersembahkan, dengan doa dan diakhiri dengan pembakaran kemenyan atau dupa. Ritual ini selain dimaksudkan sebagai peringatan hari kematian, penghormatan, dan ritual pengiriman doa, dalam ritual gablagan juga terdapat beberapa pemikiran dan pandangan masyarakat Jawa, antara lain mengenai metafisika, khususnya antropologi metafisik dan kosmologi Layungkuning, 2013 120-121. Selanjutnya peringatan tahunan dan kematian seseorang atau yang disebut dengan haul khol memiliki arti untuk mengenang kembali memori perjalanan seseorang yang telah meninggal untuk dijadikan suri tauladan dan aspek kebaikan perilakunya, memberikan penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasanya terhadap keluarga, masyarakat dan agamanya. Hal ini tentunya akan Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 169 memberikan spirit dan motivasi tersendiri bagi keluarga yang ditinggalkannya. Ritual acara khol ini biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang dan status sosial tertentu. Seperti tokoh masyarakat, para kyai kharismatik dan orang-orang yang dianggap keluarganya sebagai seseorang yang memberikan peran yang sangat berarti bagi keluarga. Di samping tradisi tersebut di atas terdapat juga tradisi membaca surat Yasin setiap malam Jumâat yang dikhususkan untuk ahli kubur/orang-orang yang telah meninggal, dengan tujuan berdoa untuk memohonkan ampunan bagi arwah ahli kubur agar mendapatkan tempat yang baik di sisi-Nya, yaitu masuk ke dalam surga-Nya. Kemudian ada juga tradisi menyelenggarakan acara arwahan pada bulan Syaâban yaitu keluarga mengundang masyarakat sekitar untuk datang ke rumah setelah shalat magrib atau setelah shalat Isyaâ dengan mengadakan acara membaca surah Yasin dan Tahlil yang pahalanya dikhususkan bagi arwah ahli kubur dan keluarganya. Perlengkapan lain yang ada dalam upacara pemakaman jenasah, secara keseluruhan ada bermacam-macam 1. Sawur Sawur terdiri dari sejumlah uang logam, beras kuning beras yang dicampur dengan kunyit yang diparut ditambah kembang telon mawar, melati dan kenanga serta sirih kinang dan beberapa gelintir rokok linting. Semuanya itu ditempatkan dalam bokor atau takir wadah yang terbuat dan daun pisang. Seperti disebutkan di atas, hal ini dimaksudkan sebagai bekal si mati agar selalu mendapatkan kemurahan dari Tuhan, di samping juga ditujukan terhadap keluarga yang ditinggalkan. 2. Payung Payung yang digunakan dalam upacara kematian sering disebut payung jenasah. Payung itu mempunyai tangkai yang panjang. Payung itu digunakan untuk memayungi jenasah sejak keluar dan rumah hingga sampai di kuburan. Payung tersebut melambangkan perlindungan. Dalam upacara kematian, penggunaan payung melambangkan suatu maksud agar arwah Si mati selalu mendapatkan perlindungan dan Tuhan atau sering disebut âdiayomayomiâ. Sebagai bekal dalam perjalanan jauh, payung itu juga dimaksudkan untuk mendapat perlindungan dari panas dan hujan. 3. Sepasang maejan Biasa terbuat dan jenis kayu yang kuat dan tahan air serta awet. Dibuat dengan ukuran panjang sekitar 60 cm, lebar 15 cm, tebal sekitar 5 cm. Pada bagian atas berbentuk runcing agak menumpul dengan ukiran bunga melati. Sepasang maejan yang terdiri 2 buah itu ditanam di atas kuburan, satu di bagian arah kepala dan satunya lagi di bagian arah kaki. Maejan tersebut sebagai tanda bahwa pada tempat tersebut telah dikuburkan Seseorang. Maejan yang yang berada pada bagian arah kaki jenasah yang dikuburkan biasanya dituliskan nama orang yang dikuburkan di Situ beserta han, tanggal, bulan dan tahun kematiannya, dengan dasar tahun Jawa. Bentuknya yang runcing dan maejan tersebut sebagai lambang tombak raksasa. Sedangkan ukiran berbentuk/motif bunga melati sebagai lambang keharuman. 4. Sebuah tempayan kecil klenting atau kendi Kendi atau klenting digunakan untuk wadah air tawar yang dicampuri dengan serbuk atau minyak cendana dan kembang telon, yang nantinya akan disiramkan di atas kuburan dan maejan. Semua itu melambangkan kesucian, kesegaran dan keharuman nama si mati. 5. Degan krambil ijo kelapa hijau yang masih muda. Kelapa hijau yang masih muda itu nantinya, setelah jenasah dikuburkan, dibelah dan ainnya disiramkan di atas Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 170 kuburan. Sedangkan belahannya juga ditelungkupkan di atas kuburan itu pula. Maksudnya adalah sebagai air suci, juga air segar pelepas dahaga. Maksud yang lain ialah sebagai penolak bala dan keteguhan hati si mati. Dalam hal ini dikiaskan pohon kelapa sebagai pohon yang teguh dan tidak mudah terombang-ambing angin atau lainnya. 6. Gegar mayang Gegar mayang adalah semacam boket atau rangkaian bunga, yang terbuat dan janur daun kelapa muda dan bunga, yang biasanya ditancapkan pada sepotong batang pohon pisang, sepanjang kurang lebih 15 cm. Gagar mayang itu digunakan bila orang yang mati adalah orang remaja atau dewasa tetapi belum kawin. Hal itu dimaksudkan agar arwah si mati tidak mengganggu para pemuda atau pemudi dari keluarga sendiri maupun dari lingkungan desanya. 6. Simpulan Ritual kematian yang dilakukan oleh masyarakat Islam Jawa sesungguhnya merupakan adat masyarakat Jawa sebelum masuknya agama Islam. Tradisi ini kemudian mengalami proses akulturasi budaya antara Islam dan Jawa, sehingga nampak tradisi tersebut adalah tradisi yang khas Islam Jawa yang ada di Indonesia dan tidak dimiliki oleh masyarakat yang ada di negara lainnya. Sinergi budaya Islam dan Jawa ternyata membentuk sebuah kebudayaan baru yang memiliki makna dan tujuan-tujuan tertentu sebagaimana penulis telah uraikan. Daftar Pustaka Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2005. al-Yaum al-Akhir, al-Qiyamah Ash-Shuhra wa âAlamat al-Qiyamah al-Kubra, Kiamat Sughra Misteri dibalik Kematian, terj. Abdul Majid Alimin. Solo Era Intermedia. Ash-Shufi, Mahir Ahmad. 2007. Misteri Kematian dan Alam Barzakh. terj.. Solo Serangkai. Baqy, Muhammad Fuad. 1981. Abdul. Al-Mu jam al-Mufahras li Alfazh al-Qurâan al-Karim. Cet. 2, Dar al-Fikr. Lebanon. Chodjim, Achmad. 2002. Syekh Siti Jenar Makna Kematian. Jakarta Serambi Ilmu Semesta . Geertz, Cli d. 983. The Religion of Java. Terj. JakartaAswab Mahasin Pustaka Jaya. Hidayat, Komarud 2005. Psikologi Kematian Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme, Jakarta PT Mizan Publika. diakses tanggal 7-8-2015. diakses tanggal 7-8-2015. Manzhur, Muhammad bin Makram Ibnu. Lisan al- âArab, Beirut Dar Shadir, cet. I, vol. 1, dan vol. 3, Layungkuning, Bendung. 2013. Sangkan Paraning Dumadi Orang Jawa dan Rahasia Kematian. Yogyakarta Penerbit Narasi Mansyur, M. dkk. 2007. Metodologi Penelitian Living Qurâan dan Hadis. 2007. TH-Press. 2007. Muawwir, Abmad Warson. 1997. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta Unit Pengadaan Buku Ilmiah Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak. Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Meraih Kebahagiaan. Bandung Simbiosa Rekatama Media. Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhuâi atas Pelbagai Persoalan Umat. Jakarta Mizan Pustaka. Sabda Volume 12, Nomor 2, Desember 2017 ISSN 1410â7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI MASYARAKAT NELAYAN RAWA PENING KELURAHAN BEJALEN KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG 171 Sholikhin, Muhammad. 2010. Ritual Kematian Islam Jawa. Pengaruh Tradisi Lokal Indonesia dalam Ritual Kematian Islam. Yogyakarta Penerbit Narasi. Umar, M. Ali Hasan. 1979. Alam Kubur Barzakh Digali dan Al-Qur âan dan Hadis. Semarang Toha Putra. ... Deaths and burials are often seen as big celebration, as seen in Toraja funerals Ismail, 2019aIsmail, , 2019b. Likewise, the culture of the Javanese Karim, 2017;Kurnianto, 2020;Satimin et al., 2021 and Sundanese Isnendes, 2019;Sunda, 1976, contributes to the meaning of funerals that has become a legacy which is still passed down from generation to generation. Local wisdom with traditions that are passed on from generation to generation has revealed how the funeral event became a ceremony that contained transcendent values. ...... In the Javanese tradition, there are three forms of death; disgraceful, intermediate, and primary Karim, 2015Karim, , 2017Suwito et al., 1970. First, disgraceful death is described when a person ends his life by committing suicide. ...... According to Karim 2017 and Suwito et al. 2015, SAWUR or SAWER culture is offered in Javanese and Sundanese culture. Sawur or sawer is a ceremony of respect for the dead, especially when the corpse will be buried. ...Nikasius JatmikoDeath is a certainty that humans cannot avoid. Everyone will face this event without exception. The difference lies in respecting the corpse before it is buried or cremated. Each region has its peculiarities in building a death ceremony. Culture plays a significant role in shaping the death ceremony based on local wisdom. These rites lead to the same goal placing death as a noble act. This study aims to preserve and explore cultural wealth that is becoming extinct according to the times. These methods show that humans have a high value and dignity compared to other creations, even though they have died. This value is maintained through various very noble awards. Javanese and Sundanese have similarities in respecting the bodies to be buried. The ritual of sawer or sawur is a value that distinguishes it from other cultures. Local wisdom is still maintained, even though modernity has begun to erode it.... Setiap peserta pelatihan diberikan modul pelatihan yang berisikan tentang hak dan kewajiban antara sesama Muslim, hukum dan kedudukan tajhiz mayit, serta tata cara penyelenggaraan perawatan jenazah berdasarkan sunnah Nabi Karim;2017 ...... Setiap peserta pelatihan diberikan modul pelatihan yang berisikan tentang hak dan kewajiban antara sesama Muslim, hukum dan kedudukan tajhiz mayit, serta tata cara penyelenggaraan perawatan jenazah berdasarkan sunnah Nabi Karim;2017 ...M MahbubiMuhammad Fadil MultazamAsh-Shiddiqi RamadhoniKondisi kesedihan keluarga di daerah yaitu sering mengalami ketidakmampuan dalam pengurusan jenazah. merawat jenazah menjadi fardhu kifayah bagi umat Islam dalam menyelenggarakan pengurusan jenazah dengan kewajiban untuk memandikan, mengkafani, menshalatkan serta menguburkan, karena rangkain prosesi pengurusan jenazah bermakna dalam nilai nilai kehidupan masyarakat. Permasalahan di atas menjadi alasan bagi kami, Tim KKN OBE 2022 UNUJA Prbolinggo untuk membentuk Tim pengabdian kepada masyarakat PKM dan mengadakan pelatihan perawatan jenazah sebagai usaha untuk membantu pengetahuan dalam pengurusan penyelenggaraan jenazah.... Belum ada kejelasanmengenaiproblem yang signifikan berkaitan dengan asal-muasal penyebaran Islam di Indonesia yang mungkin tidak akan di selesaikan karena kurangnya sumber-sumber yang bisa di percaya, sehingga banyak berbagai versi yang menyebutkan tentang penyebaran Islam di Indonesia. Sejarah Islam Jawa tidak sekedar soal kontroversi saja, tapi juga soal penegaan Islam sebagai agama kerajaan, suatu proses yang mengakibatkan banyak penghancuran kebudayaan Hindu-Budha yang ada atas kekuasaan keraton Karim, 2017. ...Bambang YuniartoArib MubarokAli RidhoNida NadiaLatar Belakang . Ritual sedekah laut adalah salah satu ritual yang dilakukan satu kali dalam setahun oleh masyarakat nelayan di desa Prapag Kidul, kecamatan Losari, kabupaten Brebes yang merupakan bentuk budaya yang memberikan sedekah ke laut yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kesimbangan lingkungan pesisir pantai serta melestarikan warisan nenek moyang. Tradisi ritual sedekah laut di desa Prapag Kidul, kecamatan Losari, kabupaten Brebes merupakan bagian dari tradisi yang juga dilakukan oleh masyarakat nelayan di sepanjang pesisir utara laut jawa. Tujuan Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadinya perubahan tradisi upacara sedekah laut masyarakat desa Prapag Kidul, kecamatan Losari, kabupaten Brebes. Metode adapun metode yang akan digunakan adalah metode penelitian sejarah, karena penelitiannya berhubungan dengan kenyataan yang terjadi pada masa lampau. Hasil Dalam konteks culture of histories, prilaku manusia yang membentuk budaya sudah ada sejak manusia itu berada dalam kandungan, dimana anak mencatat dari segala aktifitas yang dilakukan oleh orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai atau ajaran-ajaran Islam mulai dimasukkan dalam kegiatan upacara sedekah laut, sehingga nampak akulturasi yang kuat antara budaya asal, larung sajen Jawa, dengan budaya baru, Islam. Kesimpulan Peranan Tradisi Sedekah Laut di bidang sosial budaya sangat penting yaitu untuk memelihara budaya masyarakat sekitarnya, dengan terpeliharanya budaya masyarakat, maka dalam kehidupan sehari-hari masyarakat telah mematuhi norma-norma sosial budaya yang ada dalam masyarakat tersebut. Kaitannya dengan persfektif agama terdapat beberapa hukum ada yang membolehkan dan ada juga yang tidak membolehkan yang mana semua itu memiliki alas an masing-masing. Terlepas dari itu banyak dari kalangan masyarakat menilai bahwa tradisi sedekah laut boleh karena terdapat nilai-nilai positif yaitu berupa rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan lewat jalur laut.... Awal mula adanya tradisi selametan di Jawa sudah ada sebelum agama Hindu dan Budha menyebar. Kemudian masuknya agama Hindu Budha di Jawa mempengaruhi kepercayaan dan membentuk budaya baru yaitu ajaran Hindu Budha Karim, 2017. Salah satu budaya Hindu-Budha dikenal dengan berbagai ritualnya yang berupa upacara kehormatan. ...Anistya Ayu EnggarsariYohan SusiloTradisi Kuningan Tiron-Tiron Sapi TKTTS merupakan salah satu tradisi yang masih berlangsung di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Tradisi kuningan merupakan upacara adat selametan sapi yang bertepatan pada wetonan yang dilaksanakan pada hari Jumâat Wage, wuku kuningan. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui 1 Bagaimana awal mula TKTTS, 2 Bagaimana prosesi TKTTS, 3 Bagaimana perpektif masyarakat terhadap TKTTS. Penelitian menggunakan teori folklor menurut Danandjaja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian adalah peneliti, lembar observasi, daftar pertanyaan wawancara, dan alat bantu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menganalisis data menggunakan open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil penelitian pada prosesi tradisi kuningan yaitu pembentukan panitia, penetapan waktu dan tempat, menyiapkan perlengkapan, mengundang warga, memandikan sapi, seni pertunjukan, sambutan, arak-arakan sapi, ngalungi sapi, selametan, ritual menurunkan dhadhung awuk, dan berkatan. Dalam pelaksanaan tradisi kuningan tiron-tiron sapi tentunya memiliki kekuatan pengaruh sehingga dapat menciptakan perspektif bagi masyarakat Desa Ngetos. Perspektif masyarakat dalam tradisi ini meliputi masyarakat pemilik sapi, masyarakat yang tidak memiliki sapi, Dinas Pariwisata, ketua panitia, dan pemangku adat.; Kata Kunci Tradisi, Kuningan, Folklor... This circle is the culmination of the Javanese philosophical thought about the power of Numinus which pervades the universe, which determines safety, even everything in human life. The Javanese believe that everything is determined by the divine, even down to the smallest elements Karim, 2017. Many things are predestined, and therefore cannot be changed. ...Liber Siagian Yakobus NdonaThis article described about the Javanese and Batak Rajawi man. This article intends to compare the mindset of people from both tribes, backgrounds, and the impact on life. Data was collected through observation, interviews and document collection. The collected data were analyzed using Paul Recouer's hermeneutic circle. The results of the analysis show that the Java man is a spiritual man by relying on the "higher nature" as a protector, while Batak man shows more of a Rajawi man by emphasizing prosperity. The comparison shows that the two human patterns require synergy to build a good Indonesia.... Arifin & Khambali, 2016;Ramly et al., 2020. In some societies, rituals manifest themselves in almost every stage of a person's life, beginning with the period of conception in the womb, birth, until death; even after human death, people still carry out rituals Busro & Qodim, 2018;Karim, 2017. ...Amirotun SolikhahDedy Riyadin SaputroUsing a phenomenological approach, this study aims to reveal the psychological and social impact on three Ngebleng fasting performers in Kutasari village, Cipari district, and Cilacap district. Documentation and in-depth interviews are the main instruments for extracting as much information as possible and then interpreting it based on the phenomena obtained. The results showed that the psychological impact felt by fasting performers included inner peace, less emotional stress, and healthier physical conditions. Meanwhile, the social effects felt by the ritual actors varied. One perpetrator admitted that after undergoing Ngebleng fasting, he felt the smoothness of rizki and the establishment of good social relations; his fortune was smoother and social relations were not disturbed. Still, two people admitted that when fasting, they became less enthusiastic about interacting with the surrounding community because, apart from feeling weak physically, there were also considerations of maintaining so that the fast does not fail.... Belum ada kejelasanmengenaiproblem yang signifikan berkaitan dengan asal-muasal penyebaran Islam di Indonesia yang mungkin tidak akan di selesaikan karena kurangnya sumber-sumber yang bisa di percaya, sehingga banyak berbagai versi yang menyebutkan tentang penyebaran Islam di Indonesia. Sejarah Islam Jawa tidak sekedar soal kontroversi saja, tapi juga soal penegaan Islam sebagai agama kerajaan, suatu proses yang mengakibatkan banyak penghancuran kebudayaan Hindu-Budha yang ada atas kekuasaan keraton Karim, 2017. ...Bambang YuniartoArib MubarokAli RidhoNida NadiaLatar Belakang . Ritual sedekah laut adalah salah satu ritual yang dilakukan satu kali dalam setahun oleh masyarakat nelayan di desa Prapag Kidul, kecamatan Losari, kabupaten Brebes yang merupakan bentuk budaya yang memberikan sedekah ke laut yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kesimbangan lingkungan pesisir pantai serta melestarikan warisan nenek moyang. Tradisi ritual sedekah laut di desa Prapag Kidul, kecamatan Losari, kabupaten Brebes merupakan bagian dari tradisi yang juga dilakukan oleh masyarakat nelayan di sepanjang pesisir utara laut jawa. Tujuan Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadinya perubahan tradisi upacara sedekah laut masyarakat desa Prapag Kidul, kecamatan Losari, kabupaten Brebes. Metode adapun metode yang akan digunakan adalah metode penelitian sejarah, karena penelitiannya berhubungan dengan kenyataan yang terjadi pada masa lampau. Hasil Dalam konteks culture of histories, prilaku manusia yang membentuk budaya sudah ada sejak manusia itu berada dalam kandungan, dimana anak mencatat dari segala aktifitas yang dilakukan oleh orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai atau ajaran-ajaran Islam mulai dimasukkan dalam kegiatan upacara sedekah laut, sehingga nampak akulturasi yang kuat antara budaya asal, larung sajen Jawa, dengan budaya baru, Islam. Kesimpulan Peranan Tradisi Sedekah Laut di bidang sosial budaya sangat penting yaitu untuk memelihara budaya masyarakat sekitarnya, dengan terpeliharanya budaya masyarakat, maka dalam kehidupan sehari-hari masyarakat telah mematuhi norma-norma sosial budaya yang ada dalam masyarakat tersebut. Kaitannya dengan persfektif agama terdapat beberapa hukum ada yang membolehkan dan ada juga yang tidak membolehkan yang mana semua itu memiliki alas an masing-masing. Terlepas dari itu banyak dari kalangan masyarakat menilai bahwa tradisi sedekah laut boleh karena terdapat nilai-nilai positif yaitu berupa rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan lewat jalur Faricha NursyifaYohan SusiloSalah satu tradisi Jawa yang masih dilaksanakan di Desa Sambigede, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang adalah Tingkeban. Tingkeban di Desa Sambigede memiliki ciri khas pada bagian prosesi pelaksanaan dan ubarampe yang digunakan. Tingkeban dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas kehamilan ibu yang menginjak usia tujuh bulan serta doa yang dipanjatkan supaya bayi selalu diberi keselamatan hingga waktu kelahiran tiba. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 1 Prosesi pelaksanaan tingkeban 2 Makna ubarampe dalam tingkeban 3 Wujud perubahan dalam tingkeban. Penelitian ini dianalisis dengan teori folklor setengah lisan oleh Danandjaja. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti, daftar pertanyaan, serta beberapa alat bantu seperti gawai, kertas, dan bolpoin. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menganalisis data digunakan open coding, axial coding, lan selective coding. Hasil penelitian ini yakni pada prosesi pelaksanaan tingkeban secara lengkap yakni menentukan hari, menyiapkan ubarampe, mengundang tetangga, macapatan, arak arakan, siraman, dan genduren. Terdapat makna pada prosesi dan pada ubarampe yang mencerminkan harapan warga. Dan wujud perubahan tingkeban dapat diamati secara internal maupun eksternal. Kata Kunci Tradisi, Tingkeban, FolklorArbanur RasyidRayendriani Fahmei Lubis Maulana Arafat LubisNashran AzizanThis research examines the local wisdom built by the Muslim community of Angkola around the ritual of slaughtering buffalo in the event of death ceremony. This study is a field research combining observation, interviews, and document analysis with a sociological analytical technique to evaluate the tradition beginning with the reasons for its adoption, the process, and the desired outcomes. The studyâs findings indicate that the Angkola peopleâs practice of slaughtering buffalo in burial ceremonies is motivated by a desire to preserve traditional culture as well as a means of protecting the social strata of traditional elders. Furthermore, this ritual appears to be a technique of sustaining societal social cohesiveness. The buffalo slaughter served as the foundation for implementing Islamic ideals in an atmosphere of brotherhood and generosity, with Mora Khanggi and Anak Boru serving as the primary funders. The outcomes of the study demonstrate that the practice of local communities as part of life knowledge can be sociologically connected with Islamic theological teachings. Acculturation of culture with religious teachings can genuinely present various choices for propagating religion while also exhibiting theological flexibility in order to make it more welcoming to its devotees. Situ AsihIda Bagus Gde Yudha TrigunaAs a diverse country, Indonesia has various cultures that are believed and carried out for generations. One of the traditions carried out by the Buddhist community in Wonogiri is the tradition of sending prayers to deceased ancestors in the form of Syoko. The Buddhist community believes that the death of a person is not the end of life, so the bereaved family will perform various rituals to pray for the deceased family member. This study aims to describe how the Syoko tradition is carried out and what it means for people who carry out the Syoko tradition. By using a qualitative descriptive method, which was obtained through interviews and direct observation. From the results of the study, it can be explained that the Syoko Tradition carried out by the Buddhist community in Wonogiri has an important meaning. That is sending prayers to ancestors who have died, by sending prayers it is hoped that the living people can help ancestors who have died to go to a happy world of life. The arrangement of the altar which is different from the puja altar in general is that there is a photo of a person who has died in front of the Syoko altar, which aims to help condition the minds of the Buddhist community who praises remembering all the virtues that have been carried out by people who have died while still Kematian dan Alam Barzakh. terj.. Solo SerangkaiMahir Ash-ShufiAhmadAsh-Shufi, Mahir Ahmad. 2007. Misteri Kematian dan Alam Barzakh. terj.. Solo ChodjimChodjim, Achmad. 2002. Syekh Siti Jenar Makna Kematian. Jakarta Serambi Ilmu The Religion of JavaCli GeertzGeertz, Cli d. 983. The Religion of Java. Terj. JakartaAswab Mahasin Pustaka Kematian Mengubah Ketakutan Menjadi OptimismeKomarud HidayatHidayat, Komarud 2005. Psikologi Kematian Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme, Jakarta PT Mizan Penelitian Living Qur"an dan HadisM MansyurMansyur, M. dkk. 2007. Metodologi Penelitian Living Qur"an dan Hadis. 2007. TH-Press. Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta Unit Pengadaan Buku Ilmiah Pondok Pesantren Al-Munawwir KrapyakAbmad MuawwirWarsonMuawwir, Abmad Warson. 1997. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta Unit Pengadaan Buku Ilmiah Pondok Pesantren Al-Munawwir Al-Quran Tafsir Maudhu"i atas Pelbagai Persoalan UmatM ShihabQuraishShihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu"i atas Pelbagai Persoalan Umat. Jakarta Mizan Kematian Islam Jawa. Pengaruh Tradisi Lokal Indonesia dalam Ritual Kematian IslamMuhammad SholikhinSholikhin, Muhammad. 2010. Ritual Kematian Islam Jawa. Pengaruh Tradisi Lokal Indonesia dalam Ritual Kematian Islam. Yogyakarta Penerbit Kubur Barzakh Digali dan Al-Qur "an dan HadisM Ali UmarHasanUmar, M. Ali Hasan. 1979. Alam Kubur Barzakh Digali dan Al-Qur "an dan Hadis. Semarang Toha Putra.
Diniauliaro Diniauliaro January 2019 1 777 Report Perhatikan Data berikut ini. ritual kematian air memanggil hujan gendering pedang 5. Sebagai alah upacara Dari pernyataan di atas,yang bukan fungsi nekara ditunjukkan nomor..... a.1. d.4 b.2. e.5 c.3 alifah2705 D. 4Semoga membantu.. 26 votes Thanks 47 More Questions From This User See All Diniauliaro December 2018 0 Replies fungsi sarung tangan saat bekerja di laboratorium bila ada bahan kimia mengenai balian tubuh anda? Apa yang anda lakukan? Answer Diniauliaro December 2018 0 Replies 1. 2a-b+3b 2. 2a-3b-ac Answer diniauliaro October 2018 0 Replies Tulislah ilustrasi iklan baris di samping ini! perantara tnh Weleri Semarang 500m2 .Harga 100 jt nego hub budi 08138912345. MOHON JAWAB CEPAT Answer diniauliaro October 2018 0 Replies Jelaskan yang dimaksud dengan defacto dan dejure beserta contohnya Answer diniauliaro October 2018 0 Replies Jelaskan maksud hubungan bilateral dan multilateral Answer diniauliaro October 2018 0 Replies Mengapa peraturan perundang-undang harus dipatuhi dan dijalankan Answer diniauliaro September 2018 0 Replies 10 contoh kalimat dengantanda hubung perlawanan Answer Recommend Questions AlmaSabrina22720061 May 2021 0 Replies pada zaman dahulu pertunjukan tari colek banyak dilakukan di... Kampung liburan cerita dalam lenong betawi umumnya mengandung pesan.... mrifyal23 May 2021 0 Replies Dewan konstituante yang dibentuk berdasarkan hasil pemilu yang pertama tahun 1955 mempunyai tugas mimimi890 May 2021 0 Replies jelaskan selat yg menghubungkan sumatera dan jawa jihanhanifa59 May 2021 0 Replies politik etis sering mendapat ejekan sebagai politik sarung tangan sutra. mengapa demikian?jelaskan! Muhammadmansyur May 2021 0 Replies daerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan majapahit meliputi sumatra jawa Kalimantan Sulawesi nusa tenggara maluku dan papua . pernyataan tersebut di paparkan oleh nadia175356 May 2021 0 Replies penjelasan bagaimana aqidah tanpa filsafat dan filsafat tanpa aqidah said1622 May 2021 0 Replies jelaskan bagaimana sikap masyarakat indonesia terhadap agama dan bagaimana langkah langkah membumikan islam di kampus FikriArdjun3009 May 2021 0 Replies Bentuk bentuk perubahan sosial dan budaya dalam konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah fraansiskaa3667 May 2021 0 Replies Nerikut ini yang bukan dampak negative dari penerapan revolusi hijau di indonesia adalah RazanMI May 2021 0 Replies kenampakan bayangan yang lebih kecil dari ukuran benda sebenarnya Nekara merupakan salah satu benda peninggalan masa Praaksara yang sangat dominan di Asia Tenggara. Nekara sendiri juga ditemukan di Flores, Alor, dan Rote. Masyarakat Alor menyebut nekara sebagai moko. Sejak ratusan tahun silam, moko dipakai sebagai alat musik dan mas kawin. Memiliki moko juga meningkatkan status sosial dan dianggap menghargai tradisi warisan leluhur. Untuk masyarakat Alor, Flores, dan Rote nekara juga berfungsi sebagai sarana upacara. Biasanya nekara akan dipukul dan disertai sesaji. Dhafi Quiz Find Answers To Your Multiple Choice Questions MCQ Easily at with Accurate Answer. >> Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia Jawaban terbaik adalah B. -2. Dilansir dari guru Pembuat kuis di seluruh dunia. Jawaban yang benar untuk Pertanyaan âCermati data berikut ini1 Mengiringi ritual kematian2 Mendinginkan air3 Upacara memanggil hujan4 Sebagai gendering perang5 Sebagai alat upacaraDari pernyataan-pernyataan di atas, yang bukan fungsi nekara ditunjukkan nomor⊠â Adalah B. Menyarankan Anda untuk membaca pertanyaan dan jawaban berikutnya, Yaitu Bangunan-bangunan megalitik pada dasarnya menggunakan bahan dasar⊠. dengan jawaban yang sangat akurat. Klik Untuk Melihat Jawaban Apa itu Kuis Dhafi Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.